Barusan aja nonton salah satu episode dari serial komedi drama pengadilan Boston Legal dengan judul Nuts, di salah satu kasusnya adalah tentang seorang guru yang di tuntut secara hukum oleh orang tua muridnya; karena anak mereka di bawah pengawasan dari guru ini meninggal karena alergi kacang. Dan si guru di anggap lalai dalam mengawasi murid-muridnya. Karena saat kejadian, si guru sedang berbicara di ponselnya, dan tidak lekas menyadari salah satu muridnya jatuh sekarat karena alergi. Tentu saja ini menjadi alasan utama untuk orang tua dari murid yang meninggal ini menuntut balik kepada guru yang mereka anggap tidak menjalankan tugasnya dengan benar.
Gua jadi inget sama kasus yang menimpa sekolah tempat beberapa teman dari gua bekerja. Yup, agak aneh sih; orang yg kecilnya tukang buat ulah di sekolah bisa punya beberapa teman yang berprofesi sebagai guru. Gua beberapa kali dengar sekolah tempat mereka bekerja kena tuntut oleh orang tua murid. Ada yang menuntuk karena anaknya keseleo ketika lagi bercanda dengan teman-temannya, ada yang terluka karena kesalahannya sendiri ketika pelajaran olah raga, ada juga yang gara-gara jatuh dari motor ketika bolos sekolah. Sepertinya sebagian orang tua jaman sekarang mulai suka mencari penghasilan tambahan dengan menuntut guru atau sekolah tempat anak mereka belajar ke pengadilan ya?
Kembali ke cerita di Boston Legal tadi, rupanya si guru lalai juga bukan karena dia sedang nelpon gebetan terbarunya buat janjian pergi jalan atau nonton bioskop. Paginya ayah dari guru itu menjalani pengobatan di rumah sakit, dan si guru ini sedang menanyakan keadaan terbaru ayahnya. Dan yang ternyata, ayah nya telah meninggal. Jadi untuk tidak terlihat terlalu emosional di depan murid-muridnya, dia sengaja membalikan badan ketika menelpon. Pada saat yang sama itulah terjadi insiden dari murid yang alergi kacang itu dan mengakibatkan murid itu meninggal karena si guru tidak segera tanggap.
Gua sangat tersentuh dengan episode ini, dimana pada kenyataannya orang tua jaman sekarang membebankan suatu tanggung jawab yang sangat berat sekali kepada sekolah dan guru-gurunya. Ada yang tau gaji guru? Setahu gua, hampir disetiap negara gaji dari pahlawan tanpa tanda jasa ini relatif kecil. Di negri impian untuk kebanyakan orang seperti Amerika saja, menurut situs dari departemen pekerja/buruh disana hanya mulai dari US$ 22.680 per tahun. (bandingkan dengan kebutuhan hidup disana). Di Jakarta jika tidak salah ya, seorang teman yang pernah dapat tawaran untuk pindah mengajar dari sekolah swasta Kristen tempat dia mengajar ke suatu sekolah swasta Kristen yang lain dengan tawaran gaji barunya sebesar 3,5 juta. Berati memang masih sekitar segituan tergantung pengalamannya juga mungkin ya. Intinya dengan gaji hanya sebesar itu, mereka dibebankan untuk mengajarkan pelajaran kurikulum, menjadi teladan moral, baby siter, orang tua, dan tugas-tugas lain yang orang tua murid harapkan kepada guru-guru itu. Bahkan dibeberapa sekolah di daerah yang lebih miskin, kabarnya ada guru yang juga bertugas membersihkan kelas dan WC. Dan tentunya dengan upah yang jauh lebih kecil dari pada guru di daerah yang lebih maju.
Gua dijaman masih sekolah bukan termasuk murid yang bertaburan prestasi dan menjadi donatur rutin piala buat sekolah tempat gua belajar. Beberapa waktu lalu, gua bertemu dengan guru-guru SMP gua di sekolah Katholik dekat rumah pas lagi makan bakmie. Mereka masih mengenali, dan mengingat nama gua. Mungkin karena gua ini murid yang malas belajar dan kerjanya cuma ngobrol , menjahili teman dan menggambar ketika pelajaran. Tapi jujur gua sangat senang ketika mereka masih mengenali gua. Sama sekali ga ada dendam kepada mereka ketika dulu mereka menghukum gua secara fisik seperti menimpuk dengan penghapus yg penuh debu kapur, penggaris kayu melayang ke muka gua, atau dijemur kaya ikan asin dilapangan. Yang gua inget cuma mereka melakukan semua itu supaya gua menjadi orang yang lebih baik ketika dewasa.
Anehnya ketika anak sekarang diperlakukan sepeti ini oleh gurunya, mereka sambil merengek kepada orang tua mereka yang sibuk cari uang sampai umur anak mereka sendiri itu. Dan orang tua mereka tiba-tiba seperti mendapatkan ide untuk mencari pemasukan tambabahan atau balas dendam atau bahkah supaya terliha keren aja, langsung panggil pengacara dan menuntut si guru. Ini agak menyedihkan sih menurut gua. Karena jaman gua sekolah dulu, kalo gua cerita hari ini habis di gampar guru karena habis buat ulah; gua cuma dapat tambahan omelan dari orang tua. Tapi sekarang malah aneh ya..
Ok lah, jalur hukum memang suatu jalur yang dianggap beradab dan intelek oleh orang jaman sekarang. Ketimbang jalur anarki ala FPI atau laskar jihad itu yah.. ? Tapi terkadang orang suka berlebihan menggunakan jalur hukum ini. Ketika tiap tindakan guru yang kita anggap tidak sesuai dengan kemauan kita, langsung telpon pengacara. Gua juga kelak ingin anak gua bisa mendapatkan pengajaran yang terbaik yang mampu gua bekalkan untuk mereka. Disisi lain, ketika kita semua tidak pernah bisa menghargai usaha dari guru-guru mengajar anak-anak kita itu; siapa lagi yang kita bisa harapkan? Bagaimana jika mereka kapok menjadi guru dan mulai mencari pekerjaan lain? Siapa lagi yang akan mengajar generasi penerus kita nanti ?
Blogged with the Flock Browser
Salam
ReplyDeletewah segitunya ya, gampang banget nyalahin orang lain, gw sendiri pernah punya case di SMP sampe ditampar guru he..he.. tapi gw malah ga berani ngadu ke ortu secara gw yang salah, lagian klo ngadu bukannya gw yang dibelain malah digampar juga kali :) ya, kasihan juga padahal namanya accident kan ga sepenuhnya tanggung jawab guru, emangnya urus anak playgrup, ya ga sie ? :)